Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

fungsi arsip menurut UUD

Kalau kita berbicara menegenai arsip maka kita bisa membayangkan sesuatu benda yang sangat berharga yang menjadi suatu buktu atau record bagi suatu peristawa yang nantinya dapat menjadi suatu bentuk yang otentik bagi suatu peristiwa tersebut. Adapun pengertian arsip sendiri bisa kita dapatkan suatu kesimpulan mengeneai suatu pengertian arsip itu sendiri dari UUD atau dalam seminar dan dokumentasi lembaga administarasi Negara yang akan saya simpulkan sebagai berikut: Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 43 Tahun 2009 mengenai Kearsipan , beberapa pengertian mengenai arsip dan kearsipan telah terangkum di dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1. Berikut ini pengertian arsip dan kearsipan menurut UU No. 43 Tahun 2009 : Kearsipan adalah hal-hal yang berkenaan dengan arsip. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan

arti dan fungsi sejarah

Gambar
Nama :Moh Teguh Prasetyo NIM    : A02209021 Arti dan Fungsi Sejarah Sejarah adalah   Sejarah suatu kajian ilmu yang mempelajari hal-hal yang terjadi pada masa lampau yang berdasarkan fakta yang ada dan arsip yang ada untuk itu sejarah mempunyai arti dan fungsi tersendiri untuk itu saya akan menjelaskan sedikit tentang arti dan fungsi sejarah itu sendiri: 1)       Kesadaran Sejarah Setiap orang bertindak sebagai sejarawan: apakah dia berziarah ke makam leluhur dan bertanya makam siapa yang dikunjunginya urutan genealogis sampai buyut, canggah, utek-utek, gantung siwur   kesemuanya itu sebenarnya adalah menyangkut tentang bekas-bekas kejadian, monument, dan daokumen. Sejarah dapat di anggap sebagai alat untuk mengurangi kekawatiran kita terhadap hal yang tidak di ketahui. Meskipun sejarah tidak berulang kembali, namun pengalaman sejarah dapat digunakan untuk menghadapi krisis masa kini karena selalu ada persamaannya. Dengan perspektif sejarah kritis masa kin

orientalisme dan motivasinya

MOTIVASI ORIENTALIS MENGKAJI ISLAM Sejak tahun 60-an sehabis Perang Dunia II (1939-1945) dikenal dengan sebutan “Dunia Belahan Utara” dan “Dunia Belahan Selatan”, yang masing-masing berarti “negara-negara maju dan negara-negara berkembang”. Tetapi sebelumnya sejak sekian abad lamanya, dipergunakan sebutan Dunia Timur dan Dunia Barat. Dimaksudkan dengan Dunia Barat dewasa itu adalah wilayah Eropa dengan penduduknya, dan belakangan mencakup benua Amerika, setelah dunia baru itu ditemukan oleh Christopher Columbus (1493). Hasrat untuk mengenali hal-hal yang berkaitan dengan Benua Timur itu disebut dengan Orientalisme, itu timbul dari pihak dunia Barat. Faktor yang mendorong pertumbuhan arus masa berikutnya sampai menjelang awal abad ke-16.1 Dalam makalah ini akan diuraikan faktor-faktor pendorong orientalis. 1.    Motivasi Aqidah dan Keagamaan Faktor utama yang mendorong orang-orang Barat mempelajari dunia Timur adalah faktor agama terlebih dahulu. Perang Salib telah memberi bekas kepahit

pustaka lontar di desa sideman

Pustaka Lontar di Desa Sideman Pustaka lontar   yang terdapat di deas Sideman seni kuna yang  tua yang berumur ratusan tahun melalui goresan dan tulisan aksara tertuang cerita dan filosofi manusia yang diringkas dalam ajaran-ajaran. Pada zaman majapaahit dedauan merupakan satu-satunya media untuk tulis-menulis  karena daun lontar memiliki  serat yang kokoh dan cocok untuk menulis aksara-aksara dan gambar-gambar tentang fatwa ketuhanan kitab suci, cerita kepahlawanan, catatan sejarah. Aksara lontar yang bertulisan tentang ajaran-ajaran budha tersebut setiap harinya dipakai untuk upacara  bersembahyang  yang diterjemahkan  kedalam bahasa bali, yang dituis di Griya Santi yaitu di rumah De Bagus  di bali ujuga terdapat sekolah yang memasukkan seni lontar kekurikulum sekolah smu sidemen. Cara membuat seni daun lontar prosesnya sangat lama bisa memakan waktu 5-6 bulan hal ini di lakukan supaya menghasilkan daun lontar yang sangat maksimal, adapun daun lontar yang dipakai adalah daun lo

metodologi sejarah(objektivitas dan objektivitas sejarah)

PENDAHULUAN Latar Belakang Di antara pertanyaan mendasar yang muncul ketika kita membaca sejarah adalah apakah sejarah yang kita pelajari dan baca itu memang objektif, atau ia tidak lebih dari gambaran penulis yang telah dipengaruhi oleh berbagai macam nilai? Tulisan ini akan menghadirkan perdebatan seputar masalah subjektivitas dan objektivitas dalam pengkajian sejarah, serta jalan tengah yang diusulkan bagi pertentangan tersebut.Adapaun tanggapan saya – kalau memang ada – atas gagasan-gagasan tersebut, untuk tidak memperpanjang tulisan serta untuk memudahkan alur pembahasan, saya letakkan di akhir masing-masing gagasan. Subjektivitas dan objektivitas Pengkajian sejarah menjadi subjektif ketika subjek yang tahu, yaitu sejarawan, ikut hadir di dalamnya. Dan pengkajian menjadi objektif ketika hanya objek penulisan sejarah yang dapat diamati. Subjektivitas ini terjadi, di antaranya, ketika sejarawan membiarkan keyakinan politik dan etisnya ikut berperan serta. Dengan kata lain, ket

Santo Agustinus Filsafat Sejarah

Gambar
Santo Agustinus MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah: Filsafat Sejarah Dosen Pembimbing: Drs. Lililk Zulaikha . M hum Oleh : Nailatul Izza A02209015 M. Teguh Prasetyo A02209021 Alifatun N A02209022 Aris Hidayatulloh A02209050 Rina A82209062 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2011 PENDAHULUAN Pada abad pertengahan tokoh-tokoh yang memberikan sumbangsih bagi kehidupan intelektual adalah orang-orang gereja. Masyarakat umum pada abad pertengahan banyak menulis karya-karya sastra dalam uraian tentang sejarah umum yang hal tersebut akan menuntut perhatian lebih besar daripada yang diperlukan dalam uraian tentang filasafat sejarah. Baru pada abad pertangahan kita jumpai masyarakat umum yang menulis tentang filsafat. Santo Agustinus adalah salah s