Santo Agustinus Filsafat Sejarah

Santo Agustinus
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah:
Filsafat Sejarah
Dosen Pembimbing:
Drs. Lililk Zulaikha . M hum

Oleh :
Nailatul Izza A02209015
M. Teguh Prasetyo A02209021
Alifatun N A02209022
Aris Hidayatulloh A02209050
Rina A82209062

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011
PENDAHULUAN
Pada abad pertengahan tokoh-tokoh yang memberikan sumbangsih bagi kehidupan intelektual adalah orang-orang gereja. Masyarakat umum pada abad pertengahan banyak menulis karya-karya sastra dalam uraian tentang sejarah umum yang hal tersebut akan menuntut perhatian lebih besar daripada yang diperlukan dalam uraian tentang filasafat sejarah. Baru pada abad pertangahan kita jumpai masyarakat umum yang menulis tentang filsafat.
Santo Agustinus adalah salah seorang pelopor dalam sejarah filsafat di zaman abad pertengahan (abad 6-16) M. Sejarah filsafat abad ini sering disebut dengan zaman patristic dan zaman skolastik. Patristik berasal dari kata latin “patres” yang artinya “bapa-bapa gereja”. Ajaran kefilsafatannya menunjukkan adanya pengaruh dari zaman hellenisme. Mereka berusaha memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran dalam diri manusia. Sedangkan zaman Skolastik ditandai dengan diajarkannya filsafat pada sekolah-sekolah biara yang berisi tentang hubungan hakikat Tuhan, antropologi, etika dan politik.
Pembahasan makalah ini dimulai dari riwayat hidup Santo Agustinus. Dilanjutkan dengan teorinya tentang gerak sejarah beserta tujuannya serta sifat dari gerak sejarahnya.


PEMBAHASAN
A. Biogarafi Santo Agustinus
Santo Agustinus dilahirkan pada tanggal 13 November 354 di Tegaste, Algeria, Afrika Utara. Agustinus lahir sekitar enam puluh mil dari kota hippo di Afrika Utara (di tepi pantai yang sekarang disebut Aljazair).[1]Ayahnya bernama Patristius, seorang kafir. Ibunya Santo Monika, seorang Kristen yang saleh. Dia mendapat didikan Kristen dari ibunya. Sesudah itu ia membuang keyakinan Kristennya.[2]
Tatkala berumur sebelas tahun, ia dikirim ke sekolah Madaurus, suatu sekolah tempat orang kafir, atau sebutlah lingkungan kafir. Lingkungan itu mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya sementara ibunya mendoakan agar anaknya menerima ajaran Kristen.[3]
Pendidikan dan karier awalnya ditempuhnya dalam filsafat dan retorika, seni persuasi dan bicara di depan publik. Ia mengajar di Tagaste dan Karthago, namun ia ingin pergi ke Roma karena yakin bahwa di sanalah para ahli retorika yang terbaik dan paling cerdas berlatih (belakangan ia menyadari bahwa orang-orang di Roma menolak untuk membiayainya). Namun demikian Agustinus kemudian kecewa dengan sekolah-sekolah di Roma, yang dirasakannya menyedihkan. Sahabat-sahabatnya yang beragama Manikeanis memperkenalkannya kepada kepala kota Roma, Simakhus, yang telah diminta untuk menyediakan seorang dosen retorika untuk istana kerajaan di Milano.[4]
Pemuda dari desa ini mendapatkan pekerjaan itu dan berangkat ke utara untuk menerima jabatan itu pada akhir tahun 384. Pada usia 30 tahun, Agustinus mendapatkan kedudukan akademik yang paling menonjol di dunia Latin, pada saat ketika kedudukan demikian memberikan akses ke jabatan-jabatan politik. Namun demikian, Agustinus merasakan ketegangan dalam kehidupan di istana kerajaan. Suatu hari ia mengeluh ketika sedang duduk di keretanya untuk menyampaikan sebuah pidato penting di hadapan kaisar, bahwa seorang pengemis mabuk yang dilewatinya di jalan ternyata hidupnya tidak begitu diliputi kecemasan dibandingkan dirinya.
Dalam menginjak dewasa, Santo Agustinus mulai berontak dan hidup liar. Sementara hatinya merasa gelisah, ia mencari-cari sesuatu yang dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya. Dalam autobiografinya yang berjudul Pengakuan-pengakuan (confessions), Agustinus melukiskan masa mudanya sebagai periode sensualitas yang memalukan dengan hasil menjadi ayah bagi seorang putra di luar nikah.[5] Kejadian itu terjadi pada tahun 370, karena bantuan kawannya, Rommanius, ia pergi ke Kartago. Di sana ia tinggal bersama seorang guru wanita yang melahirkan anak untuknya yang bernama Adeodatus pada tahun 371.[6] Agustinus mulai mencari solusi atas masalah keburukan. Agustinusmendapati dirinya sendiri sedang mencari suatu penjelasan tentang keburukan di dunia.
Solusi pertama yang menarik hatinya adalah ajaran para pemikir Manikean, para pengikut Mani (216-276 M). Doktrin utamanya adalah dunia ini adalah manifesti peperangan antara dua prinsip ilahi yang sangat kuat, yang satu adalah kebaikan, dan yang lainnya adalah keburukan. [7] Dengan kata lain Manicheisme mengajarkan bahwa : permulaan alam ialah cahaya dan gelap. Cahaya berarti kebaikan dan keindahan, sedangkan gelap berarti keburukan; manusia berjiwa dua , jiwa tubuh yang berasal dari gelap (keburukan) dan jiwa cahaya (kebaikan).[8]
Dibawah pengaruh Ambrosius dia masuk agama Kristen. Pada tanggal 25 April 387, Santo Augustinus dan anaknya dibaptiskan leh uskup Ambrosius, ia memutuskan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan. Ia seorang Kristen yang taat. Setelah mengalami konversi , ia mengabdikan seluruh dirinya kepada Tuhan dam melayani pengikut-pengikutnya. Pada tahun 388 M ia kembali ke Afrika Utara. Pada tahun 391 ia menjadi pendeta di dekat kota Hippo.
Pada bulan Agustus tahun 430 terjadi peperangn yang menyebabkan kota kartago dan Hippo jatuh ke tangan bangsa vandal. Akhirnya, pada tanggal 28 Agustus 430, Agustinus meninggal dunia dalam kesucian. Ide-ide Agustinus tidaklah berlalu begitu saja setelah ia wafat. Ia menjadi pilar utama tradisi kristen dan pengarunya sangat kuat hingga abad ke-19. Hanya pada seratus tahun terakhir ini saja pemikirannya dianggap asing, aneh, tidak biasa, dan tidak lazim, yang merupakan ciri masyarakat sekuler.[9] Sejarah filsafat abad pertengahan diawali oleh masa Patirstik. Masa ini diisi oleh para pujangga kristen dari abad-abad pertama kekristenan. Mereka berupaya meltekkan dasar intelektual bagi agama Kristen.[10]
Diantara para pujangga gereja yang muncul, tidak dapat disangkal, bahwa yang terbesar adalah Aurelius Augustinus atau lebih terkenal dengan nama St. Augustinus. Ia diakui sebagai pemikir yang terpenting dari masa patristik.
St. Augustinus lahir di Thagaste, propinsi Romawi Afrika 9sekarang Aljazair bagian barat) pada tanggal 13 November 354. [11] Pada umur 16 tahun ia mulai belajar ilmu retorika di Karthago. Pengalamanya membawa Augustinus kepada suatu pendekatan filsafat yang unik.
Pada umur 19 tahun, ia membaca buku Hortensius, tetapi buku ini tidak memberikan kepastian intelektual baginya. Lalu kemudian ia membaca buku Kitab suci tetapi itu tidak memuaskan karena ia menemukan problem kejahatan moral. Orang kriaten percaya bahwa Tuhan itu baik tetapi mengapa terdapat kejahatan di dalam alam ciptaan yang diciptakan baik adanya ini? Lewat aliran Manikheisme, pertanyaan tentang kejahatan dijawab serta mengatasi kontrdiksi keberadaan kejahatan di dunia yang ini. Tetapi muncul suatu pertanyaan baru, yakni “mengapa terdapat dua prinsip yang berkonflik dalam alam semesta ini?” aliran manikheisme tidak dapat menunjukkan jalan keluar yang pasti. Kemudian ia kembali kepada aliran Akademia yang menganut skeptisisme murni, yaitu bahwa manusia tidak dapat menemukan kebenaran. Kebenaran itu sendiri tergantung pada metode apa yang dipakai. Persoalannya adalah bagaimana metode itu ditemukan?
Pada tahun 384, ia pindah ke Roma dan mulai tertarik dengan iman kriten. Membaca Kitab Suci dan mempelajari filsafat Neo-Platonisme, khususnya tentang keberadaan sutu dunia yang immaterial yang secara total berbeda daro dunia material. Selanjtnya dari Plotinos, Augustinus mewariskan konsep, bahwa kejahatan bukanlah suatu realitas yang harus ada, melainkan absensi dari kebaikan.
Pada tahun 386, ia bertobat dan meninggalkan keahlian retorikanya, menurutnya filsafat yang benar adalah filsafat yang identik dengan pengetahuan akan Allah. Filsafat yang benar adalah filsafat yang saling mempengaruhi antara iman dan rasio.

I. Landasan Teoretis

Pandangan Augustinus tentang pengetahuan termasuk salah satu tema sentral dalam seluruh pemikirannya. Oleh karena itu dalam penulisan makalah ini saya akan membahas secara khusus pandangan Augustinus tentang pengetahuan dan pancaindera.
Sperti Plato, ia berpendapat, bahwa tugas manusia ialah memahami gejala kenyataan yang selalu berubah.[12] Ia memperjelas perbedaan penginderaan yang memberikan kepada kita pandangan yang semu tentang suatu objek dengan suatu pengertian tentang kebenaran yang sebenarnya atau yang abadi yaitu kebenaran yang berada di luar pengamatan inderawi. Pengetahuan tentang objek-objek melalui pancaindera hanyalah pengetahuan yang bersifat semu, tidak akurat dan tidak pasti.
Ada dua alas an yang mendasari pandangan Augustinus tersebut, yaitu: Pertama, objek yang diamati oleh pancaindera selalu berubah-ubah, sehingga esensi dari objek tersebut tidak dapat diamati oleh pancaindera. Misalnya, mata hanya dapat melihat pakaian yang selalu dipakai oleh manusia, tetapi mata tidak dapat memberikan kepada kita tentang hakekat dari baju itu kepada kita, misalnya apa itu? Kedua, pancaindera selalu berubah-ubah, misalnya selera makan yang berbeda antara si A dan si B tentang makanan yang mereka makan. Karena itu menurut Augustinus, keberadaan pancaindera harus diterima sejauh tampak pada objek.
Meskipun demikian muncul suatu pertanyaan, yakni bagaimana pancaindera dapat memperoleh kebenaran meskipun terbatas sifatnya?
Menurut Augustinus, mengetahui adalah salah satu aktivitas dari jiwa. Jadi ketika saya melihat suatu objek dengan pancaindera saya, maka muncul suatu gambaran tentang objek tersebut, gambaran tersebut, menurut Augustinus, dibentuk oleh jiwa atau akal budi. Misalnya saya melihat dan mengatakan, bahwa baju itu bagus, menurut Augustinus, dengan mata kita hanya mampu melihat sebuah baju, tetapi kata bagus yang ditambahakan merupakan hasil perbandingan dengan objek lain yang dibuat oleh jiwa atau akal budi.
Dari sini kita sudah dapat menarik suatu pemikiran, bahwa dalam mencapai suatu pengetahuan yang mendalam ternyata manusia harus menggunakan akal budinya atau jiwanya.

II. Relevansi

Pandangan Augustinus pada saat sekarang sangatlah relevan, banyak dari kita sebagai manusia, hanya melihat suatu kebenaran berdasarkan pancaindera kita. Misalnya melihat sesuatu yang bagus kemudian ingin memilikinya sehingga kadang kebutuhan manusia selalu berubah-ubah. Manusia tidak mampu melihat kebutuhan yang paling esensi dalam hidupnya. Misalnya pelajar yang memilih HP dari pada beberapa buku tulils. Sebagai manusia, menurut Augustinus, jiwa dan akal budi harus digunakan dalam mencari pengetahuan yang paling esensi dalam keseharian hidup kita
B. Teori Gerak Sejarah Menurut Santo Augustinus
Hakikat teori sejarah adalah suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara revolusi, karena menggambarkan peristiwa sejarah masa lampau secara kronologis. Urutan secara kronologis merupakan pokok teori untuk menggambarkan gerak sejarah.
Sejarah menurut St. Augustinus adalah perjuangan antara dua unsur yang saling bertentangan, yang baik dan yang buruk hal ini tidak terlepas dari pengalaman hidup yang terurai dari biografi Santo Agustinus yang saya jelaskan di biografi di atas. Teori gerak sejarah menurut St. Augustinus ditentukan oleh kehendak Tuhan. Hukum alam menjadi hukum Tuhan, kodrat alam menjadi kodrat Tuhan, Tuhan menentukan takdir, manusia menerima nasib. Gerak manusia bersifat pasif karena segala sesuatunya ditentukan oleh Tuhan.
Agustinus tidak mempercayai bahwa sejarah adalah suatu siklus. Sejarah lebih dari itu; ia merupakan kejadian yang diatur oleh Tuhan. Jadi, sejarah sebenarnya mempunyai suatu permulaan dan mempunyai akhir.[13]
Sejarah sebagai wujud kehendak Tuhan ialah bahwa manusia tidak bebas menentukan nasibnya sendiri. Ia menerima nasib dari Tuhan, apa yang diterima sebagai kehendak Tuhan. Tuhan sudah menentukan perjalanan hidup yang sudah ditentukan Tuhan dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tuhan sudah menentukan perjalanan hidup manusia dan alam, manusia tidak dapat mengubah garis hidup yang sudah ditentukan. Bagi alam fikiran Yunani manusia menerima segala sesuatu dengan amor fati (gembira), bagi alam kodrat ilahi pemberian Tuhan diterima dengan fiat voluntas tua (kehendak Tuhan terlaksanalah).
Santo Agustinus menghimpun suatu teori sejarah berdasarkan fiat voluntas tua itu. Gerak sejarah dunia diibaratkan riwayat hidup manusia, babakan waktu disusun menurut tingkatan-tingkatan hidup manusia:[14]
No
Santo Agustinus
Artinya
Zaman
1
Intifia
Bayi
Adam sampai Nuh
2
Pueritia
Kanak-kanak
Sem, Jafet
3
Adulescentia
Pemuda
Ibrahim sampai Daud
4
Inventus
Kejantanan
Daud
5
Gravitas
Dewasa, dewasa bijaksana
Babilonia
6
Kiamat
Tua
Pemilihan antara baik-jahat
Santo Augustinus menerangkan bahwa tujuan gerak sejarah ialah terwujudnya kehendak Tuhan dalam civitas dei atau kerajaan tuhan. Civitas dei merupakan tempat manusia pilihan Tuhan yang menerima ajaran Tuhan dan yang menolaknya akan ditampung didalam civitas diaboli (kerajaan setan) atau neraka. Selanjutnya ia mengajarkan bahwa hakikat sesungguhnya kehidupan adalah penembusan dosa. Seperti yang ia singgung dalam bukunya “The City of God” bahwasannya Adam sebelum kejatuhannya pernah memilki kehendak bebas dan bisa terbebas dari dosa. Namun karena dia dan hawa memakan buah apel maka kerusakan pun merasuki mereka dan terwariskan kepada seluruh anak keturunannya, sehingga tak seorang pun dari mereka yang bisa terbebas dari dosa, kecuali berdasarkan upaya mereka sendiri. Oleh karena itu St. Augustinus mengatakan bahwa hakikat kehidupan manusia di bumi ini hanyalah sebuah penebusan dosa yang dilakukan oleh adam dan hawa terdahulu.[15]
Zaman lampau sebagai perwujudan kehendak Tuhan adalah cermin atau hikmah untuk mengetahui kodrat ilahi. Zaman yang akan datang adalah medan perjuangan untuk mendapatkan tempat di Civitas Dei. Maka perikehidupan manusia ditujukan kepada Civitas Dei, kepada akhirat; kecemasan dan ketakutan meliputi seluruh alam pikiran itu, apakah nasib yang akan diterima kelak??? Fiat voluntas tua – kehendak Tuhan terlaksanalah! Manusia menyerah kepada kehendak Tuhan, ia menerima segala sesuatu . menyerahkan nasib kepada gereja.
Demikianlah pandangan sejarah Eropa di masa abad pertengahan (midlle ages), manusia hanya menanti-nantikan kedatangan Civitas Dei. Gerak sejarah bermata air kodrat ilahi dan bermuara pada Civitas Dei.
KESIMPULAN
Santo Augustinus adalah seorang pelopor dalam sejarah filsafat di zaman abad pertengahan (abad 6-16) M. St Augustinus mangganti akal dengan iman. Potensi manusia yang diakui pada zaman yunani diganti dengan kuasa Tuhan/ Allah. Ia mengajarkan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relatife. Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama.
Santo Augustinus menerangkan bahwa tujuan gerak sejarah ialah terwujudnya kehendak Tuhan dalam civitas dei atau kerajaan tuhan. Civitas dei merupakan tempat manusia pilihan Tuhan yang menerima ajaran Tuhan dan yang menolaknya akan ditampung didalam civitas diaboli (kerajaan setan) atau neraka.
Sifat Gerak Sejarah menurut pandangan Santo Agustinus adalah Pelaksanaan kehendak Tuhan itu mutlak, gerak sejarah ditentukan oleh kehendak Tuhan dan menuju ke arah kesempurnaan manusia menuju kehendak Tuhan. Manusia hanya menerima ketentuan itu dan tidak dapat mengubah nasibnya.


[1] Robert. C solomon & kathleen M. Higgins, sejarah Filsafat. (jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000). Hal. 244.
[2] Drs. Tasmuji, M.Ag, Sejarah Filsafat Aliran (mengenal Aliran, Tokoh Filsafat Kuno dan Abad pertengahan. (Surabaya: Alpha, 2005), hal 80.
[3] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, akal dan hati sejak thales sampai Chapra. (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 83.
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Agustinus_dari_Hippo
[5] Robert. C solomon & kathleen M. Higgins, sejarah Filsafat. (jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000). Hal. 245.
[6] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, akal dan hati sejak thales sampai Chapra. (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 84.
[7] Robert. C solomon & kathleen M. Higgins, sejarah Filsafat. (jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000). Hal. 244-255.
[8] Drs. Tasmuji, M.Ag, Sejarah Filsafat Aliran (mengenal Aliran, Tokoh Filsafat Kuno dan Abad pertengahan. (Surabaya: Alpha, 2005), hal 80.
[9] Alex Howard, Konseling dan Psikoterapi cara filsafat. (Bandung: PT Mizan Publika, 2005). Hal. 110.
[10] J. Ohoitimur, “Ringkasan Sejarah Filsafat Masa Yunani Kuno dan Abad Pertengahan” (traktat Kuliah STF-SP, 2000), hlm. 98.
[11] Ibid., hlm. 99.
[12] . Bdk Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung: Rosdakaraya,2001), hlm. 87
[13] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, akal dan hati sejak thales sampai Chapra. (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 92.
[14] http://www.scribd.com/doc/9290685/Perkembangan-Teori-Sejarah
[15] http://alhazana.blogspot.com/2011/05/makalah-sejarah-islam.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HISTORIOGRAFI KONTEMPORER DAN PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK ERA REFORMASI

ekonomi islam pada masa Abu Bakar