teologi islam indonesia menurut Azyumarsi azra
Nama:
Moh Teguh Prasetyo
NIM:
A02209021
Sem/jur: VI/ SPI
Mat: Isu-isu Islam Kontemporer Indonesia
Dosen: Prof. Abdul A’la
Ali
Muhdi. Msi
Tugas: Ulangan Tengah semester
Soal
A. Apa yang dimaksud dg teologi kebangsaan? Siapa tokohnya dan siapa saja
kelompok pro-kontranya serta apa alasan mereka?
B. Azyumardi Azra membagi teologi menjadi lima, yakni teologi modernisme,
teologi transformatif, teologi inklusivisme, teologi fundamentalisme dan
teologi neotradisionalisme. Jelaskan satu persatu dan berikan contohnya.
Jawab
1.
Teologi
kebangsaan ialah adalah bentuk teologis dari suatu pemikiran yang terjadi pada
era kontemporer atau lebih tepatnya pada masa moderen pemikiran tersebut
mengerucut pada pemikiran tentang arah tujuan tentang falsafah bangsa ini yang bertolak pada pada kemajemukan bangsa
Indonesia sendiri. Perdebatan-perdebatan
yang terjadi di antara kelompok mengenai
dasar negara yang akan dibentuk seperti
peristiwa pigam jakarta antara kaum nasionalis dan Islamis yang menginginkan
negara majemuk dengan negara Islam hal tersebut mengindikasikan tentang
pergulatan.bagi masyarakat muslim tertentu
hal ini berarti suatu pergeseran dari pandangan tentang sutu negar Islam
bagi pihak lain mislanya: umat kristiani hal tersebut sebagai bentuk pengejawantah
dari pandangan teologis tertentu mengenai pemisahan gereja dan negara.[1]
Seperti hal tersebut diata corak pemikiran tentang teologi nbangsa nampak
beragam dan menuai pro kontra dia antaranya sebagai berikut:[2]
1)
Nur Kholos
Majid dan Harun Nasution
Kedua tokoh
ini adalah tokoh protagonis dari aliran moderenisme yang menjadi pondasi dari
pemikiran ini adalah pembaruan pemikiran yang mencakup sekularisasi, kebebasan
berintlektual, kebebasan kemajuan dan sikap yang terbuka. Corak pemikiran yang
mendukung dari pemikiran moderenisme ialah pemikiran transformatif yang
mempunyai ide tentang pembaharuan dimulai dari mastarakat bawah tokohnya ialah
M. Dahan Raharjo, Adi Sasono. Sedangkan fundamental dan neotradisionalisme yang
menentang dari konsep moderenisme karena akan membawa westernnisasi yang akan
menodai kemurnian Islam dan mendorong terjadinya dessepiritualisasi
2)
Abdurrahman
wahid dan Jihan efendi
Corak dasar
atau fondasi dasardari faham ini ialah tentang kebebasab agama atau prularisme
keagamaan atau kerukunan beragama. Pemikiran ini kurang lebih sama dengan
pemikiran moderenisme dan transformatif.
3)
Corak
pemikiran fundamental
Pemikiran
ini berdasarkan pemikiran klasik seperti gerakan wahabi yang berasal dari timur tengah mereka muncul
atas reaksi terhadap moderenisme yang mereka anggap sebagai westrenisasi hal
ini sangat bertolak belakang dengan gagasan moderenisme Nur Kholis Majjid
tentang sekularisasi umumnya hal ini dilakukan oleh kalangan mahasiswa dan
anak-anak yang membentuk kelompok eksklusiv. Corak dasar dari pemikiran ini
adalah ” Islam murni” serta Islamisasi. Gerakan ini cenderung militan seperti
yang dilakukan oleh kelompok jama’ah Islamiyah kelompok Abu Bakar Ba’assir dll.
2.
Azyumardi
azra membagi teologi menjadi lima yaitu:[3]
Teologi Modernisasi
Tak bisa disangkal
lagi kemunculan teologi modernism didorong motivasi untuk memodernisasi atau
memajukan kaum muslim. Dalam satu dan lain hal, baik secara langsung atau
tidak, teologi modernism diilhami oleh dan mempunyai konteks yang kuat dengan program
modernisasi yang dilancarkan pemerintahan orde baru. Diantara protagonist
terkemuka teologi modernisasi ini adalah Harun Nasution dan Nurcholis Madjid.
Teologi modernism pada intinya berargumen bahwa modernisasi dan pembangunan
umat Islam Indonesia harus dimulai dari pembaruan teologis dan aspek-aspek
pemikiran lain, dengan kerangka seperti itu maka teologi moderenisme pada
intinya beragumen bahwa moderenisasidan pembangunan umat Islam Indonesia harus
dimulai dengan pembaharuan teologis dan aspek-aspek pemikiran lainya.
Teologi Transformasi
Dalam batas tertentu, teologis transformative dapat
dikatakan “bagian’ dari teologi modernism, dalam pengertian bahwa teologi
transformative ingin mewujudkan transformasi masyarakat muslim sehingga dapat
mencapai kemajuan. Tetapi dipihak lain teologi transformatif kurang menekankan
pada pembaharuan teologi itu sendiri, Sebaliknya teologi transformative
memandang bahwa pembaruan itu harus dimulai dari masyarakat paling bawah
(grassroots). Para protagonist utama teologis transfromatif ini, bisa diduga,
adalah mereka yang terutama terlibat dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM),
seperti M. Dawam Rahardjo, Adi Sasono, Hadimulyo, dan banyak aktivis LSM
lainnya.
Teologi inklusivisme
Teologi inklusivisme dalam segi-segi tertentu tumpang
tindih dengan teologi modernisasi. Teologi inklusivisme ini dapat pula
disebut sebagai “teologi kerukunan keagamaan”, baik di dalam satu agama
tertentu maupun antara satu agama dengan lainnya. Tema sentral dari teologi inklusivisme adalah
pengembangan paham dan kehidupan keagamaan yang inklusif, toleran dan respek
terhadap pluralism keagamaan, sehingga para penganut berbagai aliran keagamaan
atau agama-agama dapat hidup berdampingan secara damai (peaceful co-exixtence).
Tokoh-tokoh dalam aliran ini ialah: Mukti ali, Nur, Kholis majid, Abdurrahman
Wahid dan Jhohan Efendi.
Teologi Fundamentalisme
Teologi fundentalisme (kontemporer) atau
neofundamentalisme untuk membedakannya dengan fundamentalisme ‘klasik’ seperti
gerakan Wahhabi) dalam banyak segi muncul sebagai reaksi terhadap teologi
modernisme yang dipandang telah ‘mengorbankan” Islam untuk kepentingan
modernisasi yang oleh kalangan fundamentalis dianggap nyaris identik dengan
westernisasi. Tema pokok dalam teologi fundamentralis ini ialh kembalinya
kepada Islam yang murni sebagaimana diterapkan oleh nabi muhammad dan para
sahabatnya, team lain yang cukup dominan tentang Islamisasi pemikiran dan
kelembagaan masarakat muslim.Sistem teologi fundamentalisme yang khas Indonesia
sebenarnya belum terumuskan secara komprehensif dan rinci. Karena itu, para
pendukung teologi fundamentalis yang berkembang di timur tengah. Sebagian besar
pedukung teologi fundamentalisme ini adalah kalangan mahasiswa dan anak-anak
muda yang membentuk kelompok-kelompok eksklusif (usrah) di bawah pimpinan imam
atau amir.
Teologi neotradisionalisme
Teologi neotradisionalisme muncul dan berkembang sedikit
banyak sebagai reaksi terhadap teologi moderenismeyang dipandang telah
mendorong terjadinya despiritualusasi Islam dalam proses moderenisasi. Salah
satu tema pokok dari aliran neotraddisionalisme adalah kembali kepada niali
kekayaan Islam tradisional, khususnya tasawuf dan syariah. Tetapi berbeda
dengan teologi fundamentalisme yang cenderung menolak warisan tradisi Islam yang
sudah dipndang bercampur dengan urusan bid’ah yang tidak atau kurang Islami tradisi aliran neotradisionalisme justru
menerima semua warisan Islam tradisi meski dengan reserve tertentu tokoh yang
sering dijadikan neotradisionalisme adalah Sayyed Hossein Nasr.
Komentar
Posting Komentar