diansti umayah di spanyoll



BAB I
Pendahuluan
Latar belakang
Dinasti bani Umayah di Spanyol dirintis oleh oleh Abdurrahman I cucu Hysam bin Abdul Malik, khalifah kesepuluh dari dinasti umayyah di Damaskus ketika terjadi revolusi yang dilancarkan bani Abbas pada tahun 750 M. Keluarga bani umayah dibasmi habis habis sampai akar-akarnya tetapi ada satu yang bisa lolos yaitu Abdurrahman I. Ia menuju beberapa negara dan termasuk Afrika Utara. Dari sana ia berhasil memasuki Spanyol melalui berbagai usaha ia dapat menyusun suatu kekuatan sehingga pada akhirnya ia pun melalukan penakklukan sejumlah wilayah untuk  memperkuat kedudukanya dengan cara mendatangkan orang- orang Berber dari Afrika Utara dan melatih kemiliteran secara ketat[1].
Perkembangan politik umayah di Spanyol di bagi menjadi dua periode yaitu periode ke Amiran dan periode Ke Khalifahan. Di dalam makalah ini akan di bahas tentang periode ke Amiran (755-912M) [2]. Pada periode pertama para penguasa menggunakan gelar Amir diantaranya adalah: Abdurrahman I, Hiyam I, Al-Hakam I, Abdurrahman II, Muhammad I, Al- Mundhir, dan Abdullah.
Abdurrahman I menggunakan gelar Amir untuk memimpin pemerintahanya yang otonom. Ia tidak mau tunduk pada kekuasaan pemerintahan bani Abbas di Bagdhat, serta untuk menghormati tentang aturan bahwa yang menjadi kholifah adalah pemerintahaan Islam pengganti perjuangan Nabi hanyalah satu pemerintahan maka dari itu Abdurrahaman menggunakan gelar Amir pada pemerintahanya.
Adapun untuk lebih lanjutnya pembahasan tentang para Amir-Amir diandalusia akan kami perdalam melalui bab II.


BAB II
Pembahasan
1.                  Abdur-rahman I, 756-788
Pusat kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus di bawah otoritas Bani Abbasiyah berakhir pada tahun 750 M. Pembantaian secara besar-besaran mewarnai perjalanan Bani Umayyah. Dalam pembantaian tersebut, Abdurrahman bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abdul Malik berhasil lolos. Ia kemudian memasuki Andalusia pada tahun 755 M. Di kemudian hari, Abdurrahman mendapat julukan “Ad-Dakhil.” Abdurrahman Ad-Dakhil ini dikenal sebagai “Elang Quraisy.” II[3]
Ketika Daulah Abbasiyah berkuasa, banyak pemuka yang mendukung pemerintahan. Daulah Umayyah  dikejar-kejar serta ditangkap. Salah seorang yang selamat dari kejaran para pendukung Daulah Bani Abbas adalah Abdurrrahman. Melalui Palestina dan Afrika Utara, ia berhasil memasuki wilayah Andalusia. Keberhasilannya tidak dicapai dengan mudah tetapi melalui usaha yang gigih, karena pada saat itu Andalusia diperintah oleh Yusuf bin Abdurrahman al-Fikry. Pada masanya banyak terjadi pertentangan antara sesama kabilah Arab serta bangsa Barbar. Pertentangan ini membuka peluang bagi Abdurrahman untuk ikut serta dalam percaturan politik saat itu, dan ia berhasil memperoleh pengikut yang banyak.

Masuknya Abdurrahman ke wilayah Andalusia membuat Yusuf marah. Ia berusaha mengusir Abdurrahman dari wilayah kekuasaannya itu. Akibat dari tindakan Yusuf itu Abdurrahman melakukan perlawanan, sehingga terjadi pertempuran antara keduanya di dekat Cordova pada tahun 139 H/ 758 M. Peperangan ini dimenangkan oleh Abdurrahman Al-Dakhil, dengan demikian ia memasuki Cordova dengan membawa kemenangan dan sejak saat itulah Abdurrahman mendirikan kerajaan Islam di Andalusia.[4]

Karena keberhasilannya itulah ia diberi gelar al-Dakhil, artinya orang yang berhasil memasuki wilayah Andalusia dan selamat dari kejaran pemerintah daulah Abbasiyah. Sementara itu, Abu Ja’far al-Manshur memberinya gelar “saqar Quraiys”, artinya rajawali Quraiys yang mampu terbang jauh ke wilayah Eropa di Andalusia.
Setelah mendirikan kerajaan besar di Andalusia, langkah pertama yang dilakukannya adalah memperbaiki keadaan dalam negri. Hampir seluruh usianya dipergunakan untuk memerangi lawan-lawannya seperti ancaman dari Abu Ja’far Al-Manshur (khalifahAbbasiyah kedua), perlawanan dari raja Frank, Prancis, dan sebagainya. Setelah dirasa aman barulah Abdurrahman melaksanakan pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Diantaranya adalah mendirikan masjid agung di Cordova, yaitu masjid Al-Hambra dan setelah beliau wafat pembangunan kemudian dilanjutkan putranya Hisyam I. Abdurrahman wafat di usianya yang ke-61 dan ia telah memerintah selama kurang lebih 31 tahun lamanya.
2. Hisyam bin abdurrahman (172-180 H / 788-796 M)
Sepeniggalan abdurrahman, pemerintahan di pegang oleh anaknya yang bernama Hisyam. Hisyam dikenal sebagai seorang pemimpin yang saleh dan adil. Masa pemerintahannya dipergunakan untuk membangun dan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyatnya. Ia mempunyai perhatian yang besar terhadap rakyatnya yang miskin. Sehingga seluruh lapisan atua kelas masyarakat merasa aman dan tentran barada dio bawah pemerintahannya.[5]

Di antara pembangunan yang dilakukan pada masa pemerintahannya ialah:
a. bidang pendidikan

Di antara jasanya yang paling basar ialah mempergiat perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian serta perluasan penggunaan bahasa arab sebagai bahasa ilmiah dan bahsa percakapan sehari-hari.
b. bidang pembangunan fisik
Pada masa pemerintahannya, Hisyam ibn abdurrahman telah berhasil menyelesaikan pembangunan Masjid Cardova yang terkenal dan megah, yang telah di mulai pembangunannya pada masa pemerintahan Abdurrahman Al-Dakhil.

c. bidang hukum

Di masa pemerintahan hisyam mulai berkembang Mazhab Maliki. Mazhab hukum itu di bawa dan di kembangkan di Andalusia oleh para pengikutnya dan mendapatkan perlindungan Hisyam ibn Abdurrahman, sehingga dalam urusan peradilan, beliau sendiri ikut menjaminnya agar hak seseorang benar-benar dapat dilindungi.
2.                  Al-Hakam I, 796-822 M
Hakam I berbeda dengan ayahnya ia di tuduh gemer maksiat oleh rakyatnya sehingga menyebabkan kelemahan-kelemahan, oleh karena itu timbul pemberontakan-pemberontakan, antara lain:
a.       Pemberontakan dari sekian orang Islam di Cordova dan Toledo.
b.      Pemberontakan dari Sulaiman dan Abdullah (putra Abdurrahman), yang berhasil menduduki Toledo dan Valencia.
c.       Kekacauan tersebut di manfaatkan oleh wali Barcelona untuk berontak.
Pada masa itu pula kaum Kristen di Utara mengadakan perlawanan kepada Hakam I. Namun, dari sekian banyak pemberontakan itu Hakam mampu memdamkan satu-persatu. Setelah memerintah selama 26 tahun Hakam I wafat pada tahun 822 M di usia 50 tahun.[6]

3.                  Abdur-rahman II, 822-888
Ia dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu usaha-usaha yang dilakukannya pun begitu banyak baik di bidang politik, ekonomi, maupun . Abdurrahman II (Al-Ausath, 206-238 H / 822-852 M).
Abdurrahman II adalah putar Al-Hakam ibn Hisyam. Ia menjabat sebagai penguasa pada usia 31 tahun. Dalam memerintah, ia tidak seperti bapaknya yang di benci oleh rakyatnya, ia dikasihi dan dicintai rakyat sejak ia masih muda.

Selama masa pemerintahannya lebih kurang 31 tahun, banyak usaha yang dilakukannya, di antara usahanya ialah :


a. politik dalam negeri
1). Mengatasi pemberontakan
Usaha pertama yang dilakukannya adalah memadamkan dalam dalam negeri.
2). Membangun masjid dan memperindah kota

Di masa pemerintahannya, Abdurrahman II membangun kota dan daertah Lusitania, Andalusia, Murcia, Valencia, Castile dan sebagainya. Kota-kota tersebut diperindah dengan bangunan-bangunan umum, seperti masjid-masjid besar, dan perpustakaan besar dan lainnya, termasuk pabrik senjata di Cartagena dan Cadiz.
3). Memajukan ilmu pengetahuan

Pada masa pemerintahan Abdurrahman II ini banyak lahir kaum intelektualdan para filosuf islam. Ia membangkitkan gairah masyarakat untuk melakukan kajian ilmiah dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

4). Kebebasan beragama
Banyak kaum kristen spanyol yang memeluk agama islam, padahal Abdurrahman memberikan kebebasan beragama bagi rakyat Andalusia untuk memilih agama yang mereka yakini.
b. politik luar negeri

Pada tahun 808 M Raja Alfonso II dari kerajaan Lyon mengadakan serangan ke Andalusia dengan kekuatan besar dan berhasil menguasai kota pelabuhan Porto, dan terus ke arah selatan ke wilayah Lusitania, berhasil merebut kota Lissabon. Akan tetapi Abdurrahman segera mengerahkan bala tentaranya ke utara, sehingga musuh dapat di pukul mundur ke luar wilayah Andalusia.
4.                   Muhammad I, 852-886 
‘Abdullah bin Muhammad Al-Umawi atau Ibnu Muhammad (meninggal 15 oktober,912), adalah amir Cordoba yang ketujuh dari Bani umayah, berkuasa dari 888  hingga 912 di Al andalus semenanjung Iberia Ia dianggap sebagai salah satu penguasa Umayyah terlemah di Al-Andalus, dan ia hanya berkuasa atas ibukota Kordoba dan daerah sekitarnya saja.[7]
Ia merupakan seorang yang kejam, dan tidak segan-segan menyingkirkan orang-orang yang dianggapnya sebagai ancaman, bahkan dari keluarganya sendiri. Ia memerintahkan hukuman mati terhadap dua orang saudaranya, dan memerintahkan anaknya Al-Mutarrif untuk membunuh saudaranya sendiri Muhammad. Walaupun Al-Mutarrif melakukan perintah ini, beberapa tahun berikutnya ia-pun dihukum mati atas tuduhan penghianatan
Namun Abdullah tidak berbakat dibidang pemerintahan, dan ia lebih tertarik untuk berburu  Sebagai akibatnya, Keamiran Kordoba mengalami kemunduran dahsyat dan daerah-daerah kekuasaannya banyak direbut oleh penguasa dan panglima setempat. Misalnya kota kedua terbesar Sevilla jatuh ke tangan Ibrahim bim Hajjaj
5.                  Al mundir, 886-888
Munzir merupakan penguasa yang enerjik dan pemberani. Seandainya ia berusia
panjang, niscaya ia mampu menegakkan perdamaian dan ketertiban negara. Munzir
memimpin sendiri pasukan untuk menghadapi kekuatan Umar Ibn Hafsun. Ia keburu meninggal sebelum berhasil mengamankan negara dari gangguan para pemberontak semasa mudanya mundhir pernah memimpin pasukan melawan pemberontak melawan Ibn Haftsu semasa pemerintahan Muhammad I[8]

6.                   Abdullah, 888-912
‘Abdullah bin Muhammad Al-Umawi atau Ibnu Muhammad (meninggal 15 Oktober, 912), adalah Amir Kordoba yang ketujuh dari Bani Umayyah, berkuasa dari 888 hingga 912 di Al-Andalus, Semenanjung Iberia. Ia dianggap sebagai salah satu penguasa Umayyah terlemah di Al-Andalus, dan ia hanya berkuasa atas ibukota Kordoba dan daerah sekitarnya saja.

Ia merupakan seorang yang kejam, dan tidak segan-segan menyingkirkan orang-orang yang dianggapnya sebagai ancaman, bahkan dari keluarganya sendiri. Ia memerintahkan hukuman mati terhadap dua orang saudaranya, dan memerintahkan anaknya Al-Mutarrif untuk membunuh saudaranya sendiri Muhammad. Walaupun Al-Mutarrif melakukan perintah ini, beberapa tahun berikutnya ia-pun dihukum mati atas tuduhan pengkhianatan.[9]

Namun Abdullah tidak berbakat dibidang pemerintahan, dan ia lebih tertarik untuk berburu. Sebagai akibatnya, Keamiran Kordoba mengalami kemunduran dahsyat dan daerah-daerah kekuasaannya banyak direbut oleh penguasa dan panglima setempat. Misalnya kota kedua terbesar Sevilla jatuh ke tangan Ibrahim bin Hajjaj.


7.                  Abd al-RohmanIII, 912-929, jadi kholifah 929-961.
Pada masa periode ini berlangsung Abdurrahman dengan Abdurrahman III اAn-Nasir (sang pemenang) adalah seorang Amir (912-929) dan Khalifah Kordoba (929-961), serta bangsawan dari Bani Umayyah di Al-Andalus (Iberia yang dikuasai Muslim). Ia merupakan salah satu penguasa terbesar dan paling sukses di Al-Andalus Awalnya ia berkuasa sebagai Amir Kordoba, namun pada 929 ia memproklamasikan dirinya sebagai khalifah, atau pemimpin umat Islam yang sah.[10]

Biografi
Reruntuhan mesjid di Madinah Az-Zahra, yang dibangun oleh Abdurrahman III An-Nasir
Abdurrahman III merupakan cucu dari Amir Kordoba sebelumnya, Abdullah bin Muhammad, yang merupakan salah satu penguasa Al-Andalus yang terlemah. Pada masa kekuasaan Abdullah, Al-Andalus mengalami kemunduran dan daerah Islam di Iberia tak lebih dari kota Kordoba dan sekitarnya. Abdurrahman III menggantikan kakeknya pada tahun 912 ketika berumur 22 tahun, dan dengan cepat ia berhasil mengembalikan kekuasaan Islam di Iberia, bahkan memperluas wilayahnya hingga Afrika Utara. Pada 16 Januari 929, ia menyatakan dirinya sebagai khalifah (pemimpin yang sah dari umat Islam), menyetarakan dirinya dengan dua pemimpin lain yang juga menyatakan dirinya sebagai khalifah, yaitu pemimpin Bani Fatimiyah di Tunis dan Bani Abbasiyah di Baghdad. [11]
Dasar dari pernyataan ini adalah karena Abdurrahman merupakan keturunan Bani Umayyah, yang dulunya memegang gelar khalifah di Damaskus, namun digulingkan oleh Bani Abbasiyah. Ia lalu membangun Madinah Az-Zahra, sebuah kota dengan kompleks istana sekitar 5 km dari Kordoba, pada tahun 936 hingga 940. Ia lalu memindahkan seluruh dewan pemerintahannya ke Madinah Az-Zahra pada 947-948. Namun pada abad ke-11 kompleks istana ini ditinggalkan dan mulai tertimbun, dan reruntuhannya baru mulai digali lagi pada 1911.

Pada masa pemerintahannya, ia membuka jalur diplomasi dengan Otto I dari Kekaisaran Romawi Suci dan dengan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium).




























BAB III
Penutup
Sejarah uamat Islam di Spanyol Sungguh panjang dan berliku-liku dimana sejarah tersebut di bagi menjadi beberapa periode yaitu eriode ke Amiran, ke Khalifahan, dinasti-dinasti kecil serta banyak sekali emberontakan pemberontakan yang terjadi sehingga menjadi suatu momok atau tantangan bagi para Amir-Amir di andalusia tidak hanya itu mereka mendapat ancaman dari para raja-raja Kristen seprti raja leon dan para uskup-uskup gereja. Itulah dinamika-dinamika yanh terjadi pada pemerintahan daulah UmayahII akan tetapi pada pemerintahanya Eropa mendapat keuntungan besar berupa ilmu pengetahuan sehingga terjadi kemakmuran pada rakyatnya tidak hanya itu mereka secara finansial cukup makmur dan telah menjadi asyarakat moderen.


























DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Nurhakim, Sejarah Peradaban Islam, (UMM Pers, Malang,2004).hlm 19

Philip k Hitti, hitory ofthe Arabs,(PT SERANBI ILMU SEMESTA Jakarta,2006). Hlm 642

Siti Maryam dkk, sejarah peradabai Islam,(LESFI,Yoyakarta2004).hlm 83


Wahid smart blogspot, perkembangan dan kemajuan Islam  Andalusia, selasa 8 desember, 2009.

diehannue-mars.blogspot.com/.../peradaban-islam-di-afrika-dan-spanyol.html

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1656/1/arab-nasrah2.pdf



[1] Muhammad Nurhakim, Sejarah Peradaban Islam, (UMM Pers, Malang,2004).hlm 19
[2] Philip k Hitti, hitory ofthe Arabs,(PT SERANBI ILMU SEMESTA Jakarta,2006). Hlm 642
[3] Wahid smart blogspot, perkembangan dan kemajuan Islam  Andalusia, selasa 8 desember, 2009.
[4] Siti Maryam dkk, sejarah peradabai Islam,(LESFI,Yoyakarta2004).hlm 80
[5] diehannue-mars.blogspot.com/.../peradaban-islam-di-afrika-dan-spanyol.html
[6] Siti Maryam dkk, sejarah peradabai Islam,(LESFI,Yoyakarta2004).hlm 83
[7] Siti Maryam dkk, sejarah peradabai Islam,(LESFI,Yoyakarta2004).hlm 81
[8] Philip k Hitti, hitory ofthe Arabs,(PT SERANBI ILMU SEMESTA Jakarta,2006).hlm659
[9] Siti Maryam dkk, sejarah peradabai Islam,(LESFI,Yoyakarta2004).hlm 85
[10] Muhammad Nurhakim, Sejarah Peradaban Islam, (UMM Pers, Malang,2004).hlm 122
[11] repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1656/1/arab-nasrah2.pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HISTORIOGRAFI KONTEMPORER DAN PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK ERA REFORMASI

Santo Agustinus Filsafat Sejarah

ekonomi islam pada masa Abu Bakar